Minggu, 05 Mei 2013

Ca. Serviks


KANKER SERVIKS

1.1      Pengertian/Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Kanker Serviks merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam serviks. Yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun.
    
1.2    Penyebab dan mekanisme Kanker Serviks
     Penyebab Terjadinya Kanker Serviks :
a. Hubungan seksual pada usia muda
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Kurang menjaga kebersihan daerah kelamin
d. Sering menderita infeksi daerah kelamin
e. Anak lebih dari tiga
f. Kebiasaan merokok
g. Infeksi virus Herpes dan Human Papilloma Virus tipe tertentu

1.2.1  Mekanisme Perjalanan Alamiah Kanker Leher rahim
               Pada perempuan saat remaja dan kehamilan pertama, terjadi metaplasia sel skuamosa serviks. Bila pada saat ini terjadi infeksi HPV, maka akan terbentuk sel baru hasil transformasi dengan partikel HPV tergabung dalam DNA sel. Bila hal ini berlanjut maka terbentuklah lesi prekanker dan lebih lanjut menjadi kanker. Sebagian besar kasus displasia sel servix sembuh dengan sendirinya, sementara hanya sekitar 10% yang berubah menjadi displasia sedang dan berat. 50% kasus displasia berat berubah menjadi karsinoma. Biasanya waktu yang dibutuhkan suatu lesi displasia menjadi keganasan adalah 10-20 tahun. Kanker leher rahim invasif berawal dari lesi displasia sel-sel leher rahim yang kemudian berkembang menjadi displasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasif. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah lesi displasia tingkat lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara displasia tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan

1.3 Tanda Dan Gejala Kanker Serviks
1. Tahap awal tanpa gejala,tidak sakit
2. Tahap lanjut :
a. Keputihan yang berbau
b. Pendarahan dari liang senggama
c. Pendarahan setelah senggama
d. Nyeri panggul
e. Pendarahan pasca menopause
1.4   Pemeriksaan Kanker Serviks
Cara pemeriksaan kanker serviks ada 2 cara yaitu:
1.4.1  IVA TEST
1.4.2 PAP SMEAR
Tujuan pemeriksaan ini yaitu :
a.  Untuk deteksi dini dan mendiagnosis kanker serviks.
b.   Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan sel leher rahim sampai mengarah  pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.



1.4.1          IVA TEST
1.4.1.1 Pengertian
IVA Test adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA).
1.4.1.2  Metode skrining IVA mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya :
Ø  Kelebihan IVA Test
1.       Mudah, praktis dan sangat mampu laksana
2.       Butuh bahan dan alatyang sederhana dan murah
3.       Sensitivitas dan spesifikasi cukup  tinggi
4.       Dapat dilaksanakan oleh tenaga  kesehatan bukan dokter ginekologi , dapat dilakukan oleg bidan di setiap tempat pemeriksaan oleh semua tenaga medis terlatih
5.       Alat – alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhana
6.       Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
Ø  Kekurangan IVA Test:
1.  Spesifisitas lebih rendah dari tes Pap (positif palsu lebih tinggi).
2.  Angka hasil tes positif tinggi (10-35%).
3.  Nilai Prediksi Positif untuk hasil tes positif rendah (10-30%).
4.  Terapi akan berlebihan bila dilakukan skrining dan terapi sekaligus.
5.  Kemampuan yang amat terbatas untuk mendeteksi lesi pada endoserviks.
1.4.1.3 Syarat IVA test
1.       Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2.       Tidak sedang datang bulan/haid
3.       Tidak sedang  hamil
4.       24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan  seksual
1.4.1.4 Langkah-langkah skrining IVA:
1.       Mempersilakan ibu untuk melepas pakaian bagain dalam
2.       Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan bersihkan genetalia
3.       Memposisikan pasien di meja Gynekologi litotomi
4.       Menghidupkan lampu sorot, diarahklan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
5.       Cuci tangan dengan air mengalir dan mengeringkannya dengan handuk pribadi, kemudian memakai sarung tangan
6.       Posisi pemeriksa duduk menghadap kehadap vulva dan melakukan inspeksi di daerah vulva, perinium
7.       Melakukan vulva hygiene dengan kapas dan air DTT
8.       Memasang spekulum menguncinya dengan benar dan hati-hati
9.                   Mencari serviks, kemudian menentukan sambungan skuamous kolumnernya. Perhatikan juga  warna seluruh  bagian serviks, sebelum diolesi asam asetat
10.   Mengompres serviks menggunkan kasa yang diberi asam asetat selama 1 menit
11.   Membaca hasil test  IVA , menentukan apakah ada aceto white dan menentukan lokasinya (waktu untuk membuka, maksimal 2 menit)
12.   Membereskan peralatan yang telah digunakan, kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi klorin 0,5 % selama 10 menit
13.   Masukkan sampah ahbis pakai ( sampah kering ke tempat yang telah disediakan)
14.   Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk kering.
15.   Merapikan pasien
16.   Beritahukan pada pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan mempersilakan pasien untuk duduk
17.   Mendokumentasikan hasil pemeriksaan kedalam form pengirim
1.4.1.5 Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum dengan tampilanya porsio  dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung klemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.
1.4.1.6 Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1.                   IVA negatif = Serviks  normal
2.       IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks)
3.       IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ)
4.       IVA kanker serviks pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini
Ø  Dimana ada IVA test
1.       IVA test akan hadir di puskesmas – puskesmas dengan jadwal yang akan disampaikan melalui PKK, kelurahan dan kecamatan terdekat
2.       Bila anda memenuhi persyaratan yang ditentukan, segera periksakan diri anda
3.       Mencegah lebih baik dari pada mengobati

1.4.2     PAP SMEAR
1.4.1.1Pengertian Pap Smear
Pap smear atau usapan leher rahim adalah cara pemeriksaan untuk menemukan kanker leher rahim ditingkat awal atau dini.
ü  Dikenalkan oleh George Nicholas papanikolaun (1928)
ü  Pemeriksaan morfologi sel rahim
ü  Merupakan pemeriksaan yang murah, mudah, aman , sederhana dan akurat
1.4.2.2    Tujuan Pemeriksaan PAP SMEAR
2.      Deteksi dini dan diagnosis kanker serviks
3.      Mengetahui perubahan perkembangan  sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel  kanker sejak dini

1.4.2.3  Indikasi PAP SMEAR
1.      Keputihan yang berbau busuk
2.      Perdarahan setelah melakukan senggama
3.      Perdarahan pre atau post menopause

1.4.2.4  Syarat PAP SMEAR
1.      Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2.      Tidak melakukan hubunga seksual dalam 24 jam
3.      Tidak sedang haid
4.      Tidak menggunakan  obat-obatan  vagina (vaginal douch)

1.4.2.5 Langkah-langkah/ cara PAP SMEAR
1.       Mempersilahkan ibu untuk melepaskan pakaian dalam.
2.        Meminta pasien untuk mengosongkan kantung kemih dan membersihkan daerah genitalia.
3.       Memposisiskan pasien di meja ginekologi dengan posisi litotomi.
4.       Menghidupkan lampu sorot , diarahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa .
5.       Cuci tangan dengan air mengalir dan mngringkannya dengan handuk pribadi, memakai sarung tangan .
6.       Posis pemeriksa duduk menghadap kearah vilva dan melakukan inspeksi di daerah vulva , perineum .
7.       Melakukan vulva hygiene dengan kapas dan air DTT
8.       Memasang speculum menguncinya dengan benar dan hati-hati.
9.       Mengambil secret dengan spatula aire , dengan ujung pendek diusap 360 0 pada seluruh permukaan serviks.
10.   Mengoleskan secret dari spatula ayre pada permukaan objek gelass berlawanan jarum jam sekali gesek
11.   Objek gelass dimasukan pada larutan fiksasi alcohol  95% selama 30 menit
12.   Membereskan peralatan yang telah digunakan , kemudian dimasukan dalam wadah yang berisi klorin  0,5% selama 10 menit
13.   Masukan sampah habis pakai ( sampah kering ) ke tempat yang telah di sediakan
14.   Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk pribadi
15.   Merapikan pasien
16.   Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan mempersilakan pasien untuk duduk
17.   Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke dalam form pengiriman
            e. Pemeriksaan PAP SMEAR ada dua yaitu:
1.      Konvensional
2.      Berbasis cairan atau Liquid

1.           Keterbatasan pemeriksaan Sitologi Konvensional :
·         Sampel tidak memadai karena sebagian sel tertinggal pada brus (sikat untuk pengambilan sampel), sehingga sampel tidak representatif dan tidak menggambarkan kondisi pasien sebenarnya
·         Subyektif dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang dihasilkan tergantung pada operator yang membuat usapan pada kaca benda
·         Kemampuan deteksi terbatas (karena sebagian sel tidak terbawa dan preparat yang bertumpuk dan kabur karena kotoran/faktor pengganggu)
2.             Pemeriksaan Sitologi Berbasis Cairan/Liquid
            Merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel leher rahim. Dengan metode ini, sampel (cara pengambilan sama seperti pengambilan untuk sampel sitologi biasa/Pap Smear) dimasukkan ke dalam cairan khusus sehingga sel atau faktor pengganggu lainnya dapat dieliminasi. Selanjutnya, sampel diproses dengan alat otomatis lalu dilekatkan pada kaca benda kemudian diwarnai lalu dilihat di bawah mikroskop oleh seorang dokter ahli Patologi Anatomi.
Keungulan pemeriksaan sitologi berbasis cairan/Liquid :
  • Sampel memadai karena hampir 100 % sel yang terambil dimasukkan ke dalam cairan dalam tabung sampel
  • Proses terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis, sehingga preparat (usapan sel pada kaca benda) representatif, lapisan sel tipis, serta bebas dari kotoran/pengganggu
  • Meningkatkan kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya kelainan sel leher rahim
  • Sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA

II.          Waktu pemeriksaan
Pemeriksaan pap smear dilakukan 3 tahun apabila test normal atau  tidak melakukan aktivitas secara aktif. 2 tahun sekali bagi wanita dengan usia 65 tahun keatas dan setiap tahun apabila di dapatkan hasil pap smear yang abnormal.
Satu tahun sekali bagi wanita yang sudah diangkat rahimnya dengan hasil pap smear abnormal atau terdapat kanker saluran genital bawah lainnya. Apabila terdapat hasil yang abnormal, dilakukan pemeriksaan ulang dalam 4 bulan.
1.5        Peran bidan dalam pencegahan penyakit.
Pencegahan penyakit kanker leher rahim adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker leher rahim, yang dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1.    Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat mengenai faktor penyebab terjadinya kanker leher rahim. Keberhasilan program penyuluhan yang dilanjutkan dengan skrining terbukti efektif dalam menurunkan kasus kanker leher rahim , sedangkan untuk individu penyuluhan dilakukan dalam upaya mencegah masuknya virus ke dalam tubuh dengan menghindari berganti-ganti pasangan seks, pemberian vaksin HPV dan menekan faktor risiko penyebab kanker, seperti merokok, menghindari hubungan seks pada usia muda, berperilaku hidup sehat serta memperbanyak konsumsi sayuran dan buah.
2.    Pencegahan Sekunder

Salah satu bentuk pencegahan sekunder kanker leher rahim adalah dengan melakukan deteksi dini terhadap kanker dan pemeriksaan gejala klinis pada stadium awal. Bagi wanita yang tidak berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual dibawah usia 20 tahun, selalu merawat kebersihan alat kelamin dan tidak merokok, pemeriksaan tes Inspeksi Visual Asetat dapat dilakukan sekali dalam 5 tahun, terutama wanita dengan usia 30 tahun sampai dengan 50 tahun.
3.    Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yang dapat dilakukan berupa mempertahankan kualitas hidup orang yang positif menderita kanker dengan cara pemberian asupan gizi yang baik, memberi dukungan kepada penderita baik dari keluarga maupun dari petugas kesehatan. Pencegahan lainnya berupa pengobatan dan penatalaksanaan medis untuk mencegah atau memperlambat proses penyebaran kanker ke bagian tubuh yang lain. Penyuluhan terhadap pasangan penderita kanker leher rahim yang telah menjalani histerektomi total agar tetap mempertahankan keharmonisan hubungan suami istri.
1.6   Komplikasi Kanker Serviks
            Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mempengaruhi fisik, psikologis, serta kehidupan sosial di masyarakat. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon seperti osteoporosis. Penanganan untuk kanker serviks invasive biasanya membuat seseorang tidak hamil. Pada beberapa wanita – terutama wanita yang lebih muda dan yang belum memulai keluarga- infertilitas merupakan efek samping yang paling tidak disukai dari penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang kemampuannya untuk dapat hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang untung rugi dari penatalaksanaan tersebut dengan jelas.
            Untuk beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini, operasi aman-dari fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini yaitu hanya dengan memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal trachelectomy) dapat mempertahankan uterus. Penelitian mengenai radical trachlectomy mengatakan bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini, walaupun tidak semua wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi ini. Kehamilan mungkin dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang bermakna terhadap insiden kelahiran premature dan keguguran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar