KANKER SERVIKS
1.1
Pengertian/Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi
pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Kanker Serviks merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh
di dalam serviks. Yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun.
1.2 Penyebab dan mekanisme Kanker
Serviks
Penyebab Terjadinya Kanker Serviks :
a. Hubungan seksual pada usia muda
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Kurang menjaga kebersihan daerah kelamin
d. Sering menderita infeksi daerah kelamin
e. Anak lebih dari tiga
f. Kebiasaan merokok
g. Infeksi virus Herpes dan Human Papilloma Virus
tipe tertentu
1.2.1
Mekanisme Perjalanan
Alamiah Kanker Leher rahim
Pada perempuan saat remaja dan
kehamilan pertama, terjadi metaplasia sel skuamosa serviks. Bila pada saat ini
terjadi infeksi HPV, maka akan terbentuk sel baru hasil transformasi dengan
partikel HPV tergabung dalam DNA sel. Bila hal ini berlanjut maka terbentuklah
lesi prekanker dan lebih lanjut menjadi kanker. Sebagian besar kasus displasia
sel servix sembuh dengan sendirinya, sementara hanya sekitar 10% yang berubah
menjadi displasia sedang dan berat. 50% kasus displasia berat berubah menjadi
karsinoma. Biasanya waktu yang dibutuhkan suatu lesi displasia menjadi
keganasan adalah 10-20 tahun. Kanker leher rahim invasif berawal dari lesi
displasia sel-sel leher rahim yang kemudian berkembang menjadi displasia
tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasif. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah lesi displasia tingkat
lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan berubah
menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara displasia tingkat rendah (low-grade
dysplasia) mengalami regresi spontan
1.3 Tanda Dan Gejala
Kanker Serviks
1. Tahap awal tanpa gejala,tidak sakit
2. Tahap lanjut :
a. Keputihan yang berbau
b. Pendarahan dari liang senggama
c. Pendarahan setelah senggama
d. Nyeri panggul
e. Pendarahan pasca menopause
1.4 Pemeriksaan Kanker Serviks
Cara pemeriksaan kanker serviks ada 2 cara yaitu:
1.4.1 IVA TEST
1.4.2 PAP SMEAR
Tujuan pemeriksaan ini yaitu :
a. Untuk deteksi dini dan
mendiagnosis kanker serviks.
b. Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan sel leher rahim sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker
sejak dini.
1.4.1
IVA TEST
1.4.1.1 Pengertian
IVA Test adalah
pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks
dengan aplikasi asam asetat (IVA).
1.4.1.2 Metode skrining IVA mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya :
Ø Kelebihan IVA Test
1.
Mudah, praktis dan sangat mampu
laksana
2.
Butuh bahan dan alatyang
sederhana dan murah
3.
Sensitivitas dan spesifikasi
cukup tinggi
4.
Dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi
, dapat dilakukan oleg bidan di setiap tempat pemeriksaan oleh semua tenaga
medis terlatih
5.
Alat – alat yang dibutuhkan dan
teknik pemeriksaan sangat sederhana
6.
Metode skrining IVA sesuai untuk
pusat pelayanan sederhana
Ø Kekurangan IVA Test:
1.
Spesifisitas lebih rendah dari tes Pap (positif palsu lebih tinggi).
2. Angka hasil tes
positif tinggi (10-35%).
3. Nilai Prediksi
Positif untuk hasil tes positif rendah (10-30%).
4. Terapi akan
berlebihan bila dilakukan skrining dan terapi sekaligus.
5. Kemampuan
yang amat terbatas untuk mendeteksi lesi pada endoserviks.
1.4.1.3
Syarat IVA test
1.
Sudah pernah melakukan hubungan
seksual
2.
Tidak sedang datang bulan/haid
3.
Tidak sedang hamil
4.
24 jam sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual
1.4.1.4
Langkah-langkah skrining IVA:
1.
Mempersilakan ibu untuk melepas
pakaian bagain dalam
2.
Meminta pasien untuk mengosongkan
kandung kemih dan bersihkan genetalia
3.
Memposisikan pasien di meja
Gynekologi litotomi
4.
Menghidupkan lampu sorot,
diarahklan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
5.
Cuci tangan dengan air mengalir
dan mengeringkannya dengan handuk pribadi, kemudian memakai sarung tangan
6.
Posisi pemeriksa duduk menghadap
kehadap vulva dan melakukan inspeksi di daerah vulva, perinium
7.
Melakukan vulva hygiene dengan
kapas dan air DTT
8.
Memasang spekulum menguncinya
dengan benar dan hati-hati
9.
Mencari
serviks, kemudian menentukan sambungan skuamous kolumnernya. Perhatikan juga warna seluruh bagian serviks, sebelum diolesi asam asetat
10.
Mengompres serviks menggunkan
kasa yang diberi asam asetat selama 1 menit
11.
Membaca hasil test IVA , menentukan apakah ada aceto white dan menentukan
lokasinya (waktu untuk membuka, maksimal 2 menit)
12.
Membereskan peralatan yang telah
digunakan, kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi klorin 0,5 % selama 10
menit
13.
Masukkan sampah ahbis pakai (
sampah kering ke tempat yang telah disediakan)
14.
Cuci tangan dengan air mengalir
dan keringkan dengan handuk kering.
15.
Merapikan pasien
16.
Beritahukan pada pasien bahwa
pemeriksaan sudah selesai dan mempersilakan pasien untuk duduk
17.
Mendokumentasikan hasil
pemeriksaan kedalam form pengirim
1.4.1.5 Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks
yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan
warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum dengan tampilanya
porsio dan bercak putih dapat disimpulkan
bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata
penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut
dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung
klemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.
1.4.1.6
Kategori pemeriksaan IVA
Ada
beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat
dipergunakan adalah:
1.
IVA
negatif = Serviks normal
2.
IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis),
atau kelainan jinak lainnya (polip serviks)
3.
IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white
epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker
(dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ)
4.
IVA kanker serviks pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan
kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini
Ø Dimana ada IVA test
1.
IVA test akan hadir di puskesmas – puskesmas dengan
jadwal yang akan disampaikan melalui PKK, kelurahan dan kecamatan terdekat
2.
Bila anda memenuhi persyaratan yang ditentukan,
segera periksakan diri anda
3.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati
1.4.2 PAP SMEAR
1.4.1.1Pengertian Pap Smear
Pap smear atau usapan leher
rahim adalah cara pemeriksaan untuk menemukan kanker leher rahim ditingkat awal
atau dini.
ü
Dikenalkan oleh George
Nicholas papanikolaun (1928)
ü
Pemeriksaan morfologi
sel rahim
ü
Merupakan pemeriksaan
yang murah, mudah, aman , sederhana dan akurat
1.4.2.2 Tujuan Pemeriksaan PAP SMEAR
2.
Deteksi dini dan
diagnosis kanker serviks
3.
Mengetahui perubahan
perkembangan sel leher rahim, sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker
sejak dini
1.4.2.3 Indikasi PAP SMEAR
1.
Keputihan yang berbau
busuk
2.
Perdarahan setelah
melakukan senggama
3.
Perdarahan pre atau post
menopause
1.4.2.4 Syarat PAP SMEAR
1.
Sudah pernah melakukan
hubungan seksual
2.
Tidak melakukan hubunga
seksual
dalam 24 jam
3.
Tidak sedang haid
4.
Tidak menggunakan obat-obatan
vagina (vaginal douch)
1.4.2.5 Langkah-langkah/ cara PAP SMEAR
1.
Mempersilahkan
ibu untuk melepaskan pakaian dalam.
2.
Meminta pasien untuk mengosongkan kantung
kemih dan membersihkan daerah genitalia.
3.
Memposisiskan
pasien di meja ginekologi dengan posisi litotomi.
4.
Menghidupkan
lampu sorot , diarahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa .
5.
Cuci
tangan dengan air mengalir dan mngringkannya dengan handuk pribadi, memakai
sarung tangan .
6.
Posis
pemeriksa duduk menghadap kearah vilva dan melakukan inspeksi di daerah vulva
, perineum .
7.
Melakukan
vulva hygiene dengan kapas dan air DTT
8.
Memasang
speculum menguncinya dengan benar dan hati-hati.
9.
Mengambil
secret dengan spatula aire , dengan ujung pendek diusap 360 0 pada
seluruh permukaan serviks.
10.
Mengoleskan
secret dari spatula ayre pada permukaan objek gelass berlawanan jarum jam
sekali gesek
11.
Objek
gelass dimasukan pada larutan fiksasi alcohol
95% selama 30 menit
12.
Membereskan
peralatan yang telah digunakan , kemudian dimasukan dalam wadah yang berisi
klorin 0,5% selama 10 menit
13.
Masukan
sampah habis pakai ( sampah kering ) ke tempat yang telah di sediakan
14.
Cuci
tangan dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk pribadi
15.
Merapikan
pasien
16.
Beritahu
pada pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan mempersilakan pasien untuk
duduk
17.
Mendokumentasikan
hasil pemeriksaan ke dalam form pengiriman
|
|
e. Pemeriksaan PAP SMEAR ada dua yaitu:
1.
Konvensional
2.
Berbasis cairan atau Liquid
1.
Keterbatasan pemeriksaan Sitologi Konvensional :
·
Sampel tidak memadai karena sebagian sel tertinggal pada
brus (sikat untuk pengambilan sampel), sehingga sampel tidak representatif dan
tidak menggambarkan kondisi pasien sebenarnya
·
Subyektif dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang
dihasilkan tergantung pada operator yang membuat usapan pada kaca benda
·
Kemampuan deteksi terbatas (karena sebagian sel tidak
terbawa dan preparat yang bertumpuk dan kabur karena kotoran/faktor pengganggu)
2.
Pemeriksaan Sitologi Berbasis
Cairan/Liquid
Merupakan metode baru
untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel leher rahim. Dengan
metode ini, sampel (cara pengambilan sama seperti pengambilan untuk sampel
sitologi biasa/Pap Smear) dimasukkan ke dalam cairan khusus sehingga sel atau
faktor pengganggu lainnya dapat dieliminasi. Selanjutnya, sampel diproses
dengan alat otomatis lalu dilekatkan pada kaca benda kemudian diwarnai lalu
dilihat di bawah mikroskop oleh seorang dokter ahli Patologi Anatomi.
Keungulan
pemeriksaan sitologi berbasis cairan/Liquid :
- Sampel memadai karena
hampir 100 % sel yang terambil dimasukkan ke dalam cairan dalam tabung
sampel
- Proses
terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis, sehingga preparat
(usapan sel pada kaca benda) representatif, lapisan sel tipis, serta bebas
dari kotoran/pengganggu
- Meningkatkan
kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya kelainan sel leher rahim
- Sampel dapat
digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA
II.
Waktu pemeriksaan
Pemeriksaan
pap smear dilakukan 3 tahun apabila test normal atau tidak melakukan aktivitas secara aktif. 2
tahun sekali bagi wanita dengan usia 65 tahun keatas dan setiap tahun apabila
di dapatkan hasil pap smear yang abnormal.
Satu
tahun sekali bagi wanita yang sudah diangkat rahimnya dengan hasil pap smear
abnormal atau terdapat kanker saluran genital bawah lainnya. Apabila terdapat
hasil yang abnormal, dilakukan pemeriksaan ulang dalam 4 bulan.
1.5
Peran bidan dalam pencegahan
penyakit.
Pencegahan penyakit kanker leher rahim
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian akibat kanker leher rahim, yang dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan
melalui penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat mengenai faktor penyebab
terjadinya kanker leher rahim. Keberhasilan program penyuluhan yang dilanjutkan
dengan skrining terbukti efektif dalam menurunkan kasus kanker leher rahim , sedangkan
untuk individu penyuluhan dilakukan dalam upaya mencegah masuknya virus ke
dalam tubuh dengan menghindari berganti-ganti pasangan seks, pemberian vaksin
HPV dan menekan faktor risiko penyebab kanker, seperti merokok, menghindari
hubungan seks pada usia muda, berperilaku hidup sehat serta memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah.
2.
Pencegahan Sekunder
Salah satu bentuk pencegahan sekunder
kanker leher rahim adalah dengan melakukan deteksi dini terhadap kanker dan
pemeriksaan gejala klinis pada stadium awal. Bagi wanita yang tidak
berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual dibawah usia 20
tahun, selalu merawat kebersihan alat kelamin dan tidak merokok, pemeriksaan
tes Inspeksi Visual Asetat dapat dilakukan sekali dalam 5 tahun, terutama
wanita dengan usia 30 tahun sampai dengan 50 tahun.
3.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dapat
dilakukan berupa mempertahankan kualitas hidup orang yang positif menderita
kanker dengan cara pemberian asupan gizi yang baik, memberi dukungan kepada
penderita baik dari keluarga maupun dari petugas kesehatan. Pencegahan lainnya
berupa pengobatan dan penatalaksanaan medis untuk mencegah atau memperlambat
proses penyebaran kanker ke bagian tubuh yang lain. Penyuluhan terhadap
pasangan penderita kanker leher rahim yang telah menjalani histerektomi total
agar tetap mempertahankan keharmonisan hubungan suami istri.
1.6
Komplikasi Kanker Serviks
Komplikasi
yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak
percaya dirinya penderita sehingga dapat mempengaruhi fisik, psikologis, serta
kehidupan sosial di masyarakat. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain
akibat hormon seperti osteoporosis. Penanganan untuk kanker serviks invasive biasanya membuat
seseorang tidak hamil. Pada beberapa wanita – terutama wanita yang lebih muda
dan yang belum memulai keluarga- infertilitas merupakan efek samping yang
paling tidak disukai dari penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang
kemampuannya untuk dapat hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang
untung rugi dari penatalaksanaan tersebut dengan jelas.
Untuk beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini,
operasi aman-dari fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini
yaitu hanya dengan memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal
trachelectomy) dapat mempertahankan uterus. Penelitian mengenai radical
trachlectomy mengatakan bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini,
walaupun tidak semua wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi
ini. Kehamilan mungkin dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang
bermakna terhadap insiden kelahiran premature dan keguguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar