BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kita
semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang
HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekrang
sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan
AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita
semua tidak perlu takut. Jika kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta
senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang
telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah penyebab AIDS itu ?
2. Bagaimana cara penularan HIV / AIDS ?
3. Bagaimana pandangan 5 agama di Indonesia tentang HIV / AIDS
1. Apakah penyebab AIDS itu ?
2. Bagaimana cara penularan HIV / AIDS ?
3. Bagaimana pandangan 5 agama di Indonesia tentang HIV / AIDS
1.3
Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan
literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2. Internet
2. Internet
Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang
berhubungan dengan penulisan ini di internet.
3.Sistematika Penulisan
Ada makalah ini, penulis
akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan bab pandahuluan. Bab ini meliputi
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan. Pada bab kedua, penulisan akan memaparkan data yang
diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan HIV /
AIDS.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran agar kita terhindar dari penyakit HIV / AIDS.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran agar kita terhindar dari penyakit HIV / AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.virus masuk kedalam sel
tubuh manusia dan akan berkembang biak. Virus masuk kedalam sel darah putih dan
merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap
infeksi akan menurut jumlahnya.dan akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit . Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
oleh virus yang disebut HIV.
Acquired : Didapat,
Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem
kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan
gejala-gejala penyakit
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh
menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit
bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun
lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
2.2 Mikroorganisme Penyebab HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV,
RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang
berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan
punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
2.3
Patofisologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans
( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV
) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada
saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, yang
akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel
T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan
virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya,
virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan
tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki
kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka
system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi
sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan
gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.Sewaktu sel T4 mencapai
kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml
darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.4 Tanda
Dan Gejala Hiv/Aids
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan
tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut
yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat
fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat
dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi
lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial,
atipikal :
a.
Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit
biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala,
diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
b.
Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
c.
Radang kelenjar getah
bening menyeluruh dan menetap.
Dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan
Seseorang yang
terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala
yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan
perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan
demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani
Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas
yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda
dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti
dibawah ini :
1. Saluran pernafasan.
Penderita
mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti
terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium
awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan.
Penderita
penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual
dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan,
serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh.
Penderita mengalami hal yang disebut juga
wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan
makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih
dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan.
Terjadinya
gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit
kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota
gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan
nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang,
selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit).
Penderita
mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita
seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan
dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit
cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan
rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease
(PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
2.5
CARA PENULARAN HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada
kontak atau pertukaran cairan tubuh yang mengandung virus yaitu:
a. Melalui
hubungan seksual yang tidak terlindung dengan orang yang mengidap HIV
(homoseksual maupun heteroseksual)
b. Melalui
transfusi darah dan transpalasi organ yang tercemar H IV
c. Melalui
jarum suntik/alat suntik lainnya yang tercemar HIV
d. Penularanibu
hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya( selama kehamilan,
persalinan dan menyusui)
HIV
tidak menular melalui:
— Gigitan nyamuk
— Berciuman pipi
— Hidup satu rumah dengan Odha.
2.6
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang
sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan
untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan
penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
a.
Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
b.
Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
c.
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
d. Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
e. T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel
suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
f. P24 ( Protein
pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein
mengidentifikasi progresi infeksi
g.
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal
atau mendekati normal
h.
Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada
infeksi sel perifer monoseluler.
i. Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV
mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah,
feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi
: parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
4. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody
terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah
infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang
terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody
ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan
evaluasi diagnostic.
Pada
tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji –
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma.
Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik
ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak
menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau
pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
a.
Indirect
Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositifitas.
b. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya.
Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture
assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pencegahan
1.
Pencegahan melalui hubungan seksual
- Tidak melakukan hubungan
seks pra nikah
- Tidak berganti-ganti
pasangan
- Apabila salah satu pihak
sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.
2.
Pencegahan melalui darah
- Transfusi darah dengan yang
tidak terinfeksi.
- Sterilisasi jarum suntik dan
alat-alat yang melukai kulit.
- Hindari pengguna narkoba.
- Tidak menggunakan alat
suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi berdarah dengan
orang lain.
- Steril peralatan medis yang
berhubungan dengan cairan manusia.
3.
Pencegahan penularan ibu kepada anak
- Ibu yang telah terinfeksi
HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.
- Tidak menyusui bayinya.
4.
Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup
- Perlu komunikasi, edukasi,
informasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
- Hindari gaya hidup yang
mencari kesenangan sesaat.
2.7
Peran Bidan Dalam Pencegahan HIV/AIDS
a.
memberi pelayanan AH:
- antenatal dan persalinan
- keluarga berencana
- pelayanan kesehatan reproduksi remaja
b. deteksi dini (merujuk)
- IMS termasuk HIV/AIDS
c. konseling HIV/AIDS
d. Usaha promotif dan
preventif
e. Screening terhadap kelompok resiko penderita PMS dan HIV/AIDS
e. Screening terhadap kelompok resiko penderita PMS dan HIV/AIDS
2.8
Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek,
sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus
(HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS
karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena
reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial.
- Infark serebral kornea
sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi
demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan
virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi,
dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri
dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena
abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi,
dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan
siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii,
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek
nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus
herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi
skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi
pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis
eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Penyakit HIV/AIDS
merupakan penyakit yang sangat berbahya dan mematikan yang dapat ditularkan
melalui berbagai cara diantaranya , melalui hubungan seksual dan jarum suntik.
2. Dalam penangan terhadap penderita HIV/AIDS sangat
dibutuhkan peran para medis diantaranya dokter , perawat , bidan maupun petugas
kesehatan lainnya
3. Jangan mengucilkan ODHA ( orang dengan HIV dan AIDS ) sebab
HIV/AIDS tidak ditularkan melalui makanan , air seni , air liur.
3.2
Saran
1.
Disarankan disetiap RS
untuk memisahkan sampah terinfeksi dan tidak
terinfeksi
2.
Disarankan kepada
setiap petugas kesehatan untuk berhati-hati dalam pemakain jarum suntik secara
bergantian dan transfusi darah yang sudah terpapar HIV/AIDS
3.
Bagi para
remaja,hindari pergaulan bebas dan hati-hati dalam memilih pasangan hidup
4.
Bagi mahasiswa yang
akan berdinas di RS harus berhati-hati dan tingkatkan APD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar