Jumat, 17 Mei 2013

KEHAMILAN DENGAN CYTOMEGALOVIRUS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Rubella atau yang sering disebut Campak Jerman ini adalah penyakit virus akut yang menyerang baik anak-anak maupun dewasa dengan gejala umum yang meliputi bercak kemerahan pada kulit, demam serta pembesaran kelenjar getah bening (lymphadenopathy). Gejala Bercak merah yang ditimbulkan biasanya mulai dari wajah lalu menyebar ke batang tubuh. Sedangkan kelenjar getah bening yang terlibat dan membesar biasanya kelenjar getah bening yang terletak di belakang telinga (postauricular), tengkuk (suboccipital) serta leher (cervical). Dibanding anak-anak, jika virus ini menyerang orang dewasa biasanya mengalami gejala yang lebih berat. Mungkin disertai radang selaput mata (conjunctivitis), pilek yang berat (coryza) dan juga radang sendi (arthritis). Radang sendi ini lebih sering terjadi pada wanita. Namun umumnya infeksi penyakit ini biasanya tidak menunjukan gejala klinis yang berarti. Gejala yang muncul hanya seperti lemas, tidak nafsu makan, demam sedikit. Virus ini menyebar lewat hubungan yang dekat (close contact) antar individu misalnya dengan orang yang tinggal serumah. Batuk dan bersin juga dapat membantu penyebaran virus ini jika orang tersebut sudah terjangkit.
Cegah sebelum hamil. Bagi ibu-ibu yang merencanakan kehamilan ada baiknya memeriksakan diri ke ahli kesehatan berkaitan dengan penyakit ini. Tes darah yang dapat menjadi petunjuk apakah Anda sudah kebal (imun) terhadap Rubella atau tidak. Jika dahulu pernah terjangkit virus ini atau pernah divaksin yang mengandung komponen virus ini, maka tubuh akan memberi respon dengan membentuk zat antibody untuk menghabisi virus tersebut. Zat antibody ini lah yang dapat menjadi patokan apakah tubuh Anda cukup poten untuk kebal terhadap virus Rubella. Biasanya, antibody dalam tubuh Anda akan dites beberapa kali. Jika jumlah antibody Anda tetap dalam beberapa kali tes tersebut, menunjukan infeksi terjadi sudah lama terjadi dan Anda boleh bernafas lega untuk  melanjutkan ke tahap kehamilan. Namun jika terjadi perubahan, mungkin Anda masih dalam keadaan terinfeksi. Anda dianjurkan melaksanakan pengobatan dahulu sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
KEHAMILAN DENGAN CYTOMEGALOVIRUS
2.1 Pengertian
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara antara lain tranfusi darah, transplantasi organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur. transplansental atau kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada persalinan pervaginam.
       30 – 60% anak usia sekolah memperlihatkan hasil seropositif CMV, dan pada wanita hamil 50 – 85%. Data ini membuktikan telah adanya infeksi sebelumnya. Gejala infeksi menyerupai infeksi mononukleosis yang subklinis. Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan bulan dan virus mengadakan periode laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis dan endometrium. Reaktivasi dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer dan dimungkinkan adanya reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.

2.2 Diagnosa
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh lain.Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian.IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup. Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1.      Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi yang tepat
2.      Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3.       Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten
2.3 Dampak terhadap kehamilan
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 – 2.5 % bayi lahir hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi terhadap janin dan infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang asimptomatik. Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan angka sebesar 40 – 50%.10 – 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1.      Hidrop non imune
2.      PJT simetrik
3.      Korioretinitis
4.      Mikrosepali
5.      Kalsifikasi serebral
6.      Hepatosplenomegali
7.      Hidrosepalus
80 – 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat menunjukkan gejala :
1.      Retardasi mental
2.      Gangguan visual
3.      Gangguan perkembangan psikomotor

Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang janin.CMV rekuren berkaitan dengan penurunan resiko janin dengan angka penularan ibu ke janin sebesar 0.15% – 1%
Tidak ada terapi yang efektif untuk cytomegalovirus dalam kehamilan.
Pencegahan meliputi penjagaan kebersihan pribadi, mencegah tranfusi darah
Usaha untuk membantu diagnosa infeksi CMV pada janin adalah dengan melakukan :
Ultrasonografi untuk identifikasi PJT simetri, hidrop, asites atau kelainan sistem saraf pusat
            Pemeriksaan biakan cytomegalovirus dalam cairan amnion


RUBELLA
2.4 Definisi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin
Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang menimbulkan demam ringan dengan ruam yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.

  2. 5   PATOGENESIS
1.      Infeksi menyebar melalui saluran pernafasan
2.      Bereplikasi awal pada epitel saluran nafas pada nodus limfatikus sehingga menyebabkan pembesaran kelenjar limfe yang disertai rasa nyeri pada orang dewasa sedangkan pada anak-anak tidak menimbulkan rasa nyeri.
3.      Masa inkubasi sekitar 7-9 hari dengan munculnya virus di serum, nasofaring dan feses. Fase viremia ini sering ditandai dengan gejala prodromal ringan dan malaise
4.      Muncul ruam makulopapular mulai hari ke-16 sampai hari ke-20.
5.      Ruam dapat menghilang dalam 12 jam atau sampai 5 hari tergantung berat ringannya. Ruam tersebut merupakan reaksi antigen antibody.

2.5  IMUNITAS
Yang berperan pada awal terjadinya infeksi adalah IgM kemudian disertai munculnya IgG, IgA, IgD dan IgE. Yang semuanya dapat ditemukan dalam serum setelah satu minggu terjangkit.

2.6  Gambaran Klinis
Biasanya menyebabkan penyakit ringan dan sebagian besar bersifat asimtomatis. Jaramg menimbulkan kematian. Gejala klinisnya adalah sebagai berikut :
1.      Ruam makopapular (95%), ruam bermula dari muka dan menyebar secara sentripethal ke dada dan perut dan dalam satu atau dua hari menyebar ke ekstremitas. Lesi diawali dengan ruam mukopapular merah muda kemudian menyatu dan akhirnya menghilang dengan cepat.
2.      Limfadenopati
3.      Demam ringan
4.      Konjungtivitis
5.      Radang tenggorokan
6.      Arthalgia
7.      Batuk pilek

2.7  Infeksi Rubella Dalam Kehamilan
1.      Transmisi infeksi paling sering terjadi pada kehamilan trimester pertama.
2.      Kelainan rubella congenital yang dilaporkan, 80% kasus terjadi pada ibu yang terpapar saat usia kehamilan 12 minggu pertama, 54% pada minggu ke-13 dan ke-14, 25% pada akhir trimester ke-2 dan 5-6 % pada trimester ke-3.
3.      Mekanisme teratogenesis virus rubella masih belum diketahui dengan jelas. Diduga sel yang terinfeksi rubella akan mengeluarkan substansi yang menghambat pertumbuhan dan replikasi sel sehingga akan terlihat bayi tumbuh dengan lambat.
4.      Faktor yang menentukan akibat infeksi virus rubella pada janin belum diketahui dengan pasti, tapi diduga berhubungan dengan :
a.    Waktu kehamilan saat terjadi infeksi maternal
b.    Jumlah virus yang menginfeksi janin
c.    Perbedaan virulensi strain
d.   Kerentanan individu yang dipengaruhi etnis atau genetic.
2.8  Komplikasi akibat virus rubella antara lain :
1.      Abortus spontan
2.      Bayi lahir mati
3.      Kelahiran premature
4.      Abnormalitas janin
Sindrom rubella congenital, dengan angka mortalitas 5-35%, 80% anak dengan rubella congenital menunjukkan adanya gangguan system saraf, penonjolan fontanella anterior, letargi iritabilitas dan abnormalitas tonus motorik. Anak dengan sindroma rubella congenital yang mencapai IQ diatas 90 hanya 39%, 37% mengalami retardasi mental, 7% autis, 3% mengalami gangguan kepribadian. Tuli sensorik dan gangguan penglihatan serta terjadinya DM pada usia muda adalah diduga sebagai gejala sisa dari sindrom ini.

2.9  Diagnosis Rubella
Criteria diagnosis laboratories infeksi virus rubella :
1.      Isolasi virus rubella. Virus ini mudah ditemukan kemudian diisolasi dari specimen nasal, darah, usapan tenggorokan, urine dan cairan serebrospinal. Diambil 6 hari sebelum sampai 6-14 hari munculnya ruam.
2.      Uji serologi untuk antibody IgM rubella positif
3.      Peningkatan titer IgG yang signifikan antara serum masa akut dan perbaikan
4.      Deteksi virus dengan RT-PCR

2.10 Pengobatan Dan Pencegahan
  1. Pemberian vaksin rubella sebelum kehamilan dan menunggu minimal 28 hari untuk hamil setelah divaksinasi
  2. Pada wanita hamil yang terpapar sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi
  3. Konseling tentang bahaya virus rubella pada bayi yaitu bias terjadi sindrom rubella congenital
  4. Bisa mempertimbangkan abortus terapeutik/medicinalis
  5. Pemberian immunoglobulin pada ibu hamil yang terpapar rubella tetapi menolak dilakukan abortus terapeutik.
  6. Pengobatan simtomatik karena biasanya tidak memerlukan terapi yang spesifik
  7. Observasi terus menerus pada bayi yang dilahirkan










Tidak ada komentar:

Posting Komentar